Senin, 19 Oktober 2015

Karangan Ilmiah dan Non Ilmiah serta Metodenya

A.   KARYA ILMIAH DAN NON ILMIAH
Pengertian
Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing dari paragraf tersebut  berisi  pikiran  utama  dan  diikuti  oleh  pikiran-pikiran  penjelas.  Sebuah paragraf  belum  tentu  dapat  berwujud  keseluruhan  karangan.  Namun,  sebuah paragraf  sudah  bisa  memberikan  suatu  informasi  kepada  pembaca  karena  ada kalanya  suatu  karangan  hanya  berisi  satu  paragraf saja sehingga dalam  karangan tersebut hanya berisi satu pikiran pokok. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Ada beberapa pengertian karangan menurut para ahli yang dapat kita simak :

1.    Sirait, dkk (1985: 1) memberi batasan pengertian karangan adalah setiap tulisan yang diorganisasikan yang mengandung isi dan ditulis untuk suatu tujuan tertentu biasanya berupa tugas di kelas.
2.    Widyamartaya (1990) mengatakan bahwa mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh pengarang.
3.    Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh.
4.    Menurut Keraf (1994: 2) pengertian karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.

Berdasarkan pengertian karangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya.


Macam, Sifat dan Bentuk Karangan
A.    Macam – macam Karangan Ilmiah
·         Laporan penelitian : Laporan yang ditulis berdasarkan penelitian. Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas, laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan, dsb.
·         Skripsi : Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana strata satu (Si).
·         Tesis. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua (S2), yaitu Master.
·         Disertasi : Tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga (S3), yaitu Doktor.
·         Surat pembaca : Surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu tulisan ilmiah.
·         Laporan kasus : Tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan teori.

B.    Sifat – sifat Karangan Ilmiah
·         Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
·         Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
·         Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

C.   Bentuk Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian
Ciri Ciri Karangan Ilmiah
1.    Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
2.     Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
3.    Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
4.    Keobjektifan. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
5.    Keseksamaan. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
6.    Kesistematisan. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
7.    Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap lengkapnya.
Cirri cirri Karangan Non-Ilmiah
1.    Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
2.    Fakta yang disimpulkan subyektif.
3.    Gaya bahasa konotatif dan populer.
4.    Tidak memuat hipotesis.
5.    Penyajian dibarengi dengan sejarah.
6.    Bersifat imajinatif.
7.    Situasi didramatisir.
8.    Bersifat persuasif.
9.    Tanpa dukungan bukti.
Ciri cirri karangan Populer
1.    Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
2.    Fakta yang disimpulkan subjektif;
3.    Gaya bahasa formal dan popular;
4.    Mementingkan diri penulis;
5.    Melebih-lebihkan sesuatu;
6.    Usulan-usulan bersifat argumentative; dan Bersifat persuasive.

B. METODE  ILMIAH

Pengertian
Secara sederhana, pengertian metode ilmiah adalah langkah kerja yang dilakukan oleh para peneliti dalam menjawab masalah yang ada.
Dalam buku Schaum outline dijelaskan bahwa pengertian metode ilmiah atau metode saintifik adalah langkah langkah kerja rutin dari saintis saintis aktif seiring dibimbingnya mereka oleh keingintahuan untuk mempelajari keteraturan dan hubungan di antara fenomena fenomena yang mereka pelajari.
Penerapan memikiran sehat setepat-tepatnya dalam penelitian  dan analisis data juga merupakan pengertian metode ilmiah atau metode saintifik. 
Dalam pengertian metode ilmiah yang terbaharui, dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) bahwa pengertian metode ilmiah adalah serangkaian langkah langkah berupa melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan data dalam cakupan masalah yang ada, memilah data untuk mencari hubungan, merumuskan hipotesis atau dugaan ilmiah sementara, menguji hipotesis secara tepat dan mengonfirmasi hipotesis/dugaan ilmiah apabila terdapat temuan temuan baru dalam eksperimen yang dilakukan. Langkah langkah ilmiah tersebut dilakukan secara sistematis dan berurut.
Sederhananya, Metode ilmiah adalah cara para saintis untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui tahapan tahapan tertentu, antara lain meliputi melakukan pengamatan, penyusun hipotesis, melakukan percobaan, dan menarik kesimpulan.
Saintis atau para peneliti bekerja dengan mengembangkan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut antara lain rasa ingin tahu dan mengembangkan keingintahuan, terbuka, jujur terhadap fakta serta bersifat terbuka.

Tujuan Mempelajari Metode Penulisan Ilmiah
Tujuan adalah salah satu bentuk harapan untuk dimasa yang akan datang. Untuk karena itu dalam penulisan ilmiah kita tidak bias asal tulis atau tidak mengindahkan kaidah-kaidah dala penulisan ilmiah. Dalam penulisan ini kita harus mempunyai metodenya agar tulisan kita dapat dipahami dan dimengerti oleh si pembaca dikemudian hari. Ini adalah beberapa tujuan kita mempelajari metode ilmiah :
·         Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara sistematis
·         Meningkatkan keterampilan dalam menulis berbagai karya tulis
·          Meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme penulisan karangan ilmiah

Sikap Ilmiah
1.    Objektif :  Seorang peneliti dalam mengemukakan hasil penelitiannya tidak boleh dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, tetapi harus berdasarkan kenyataan (fakta) yang ada.
2.    Rasa Ingin Tahu yang Tinggi : Seorang peneliti harus selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap objek yang terdapat di lingkungannya (peduli terhadap lingkungannya).
3.     Jujur : Seorang peneliti harus dapat menerima apa pun hasil penelitiannya, dan tidak boleh mengubah data hasil penelitiannya.
4.    Berpikir secara Terbuka : Seorang peneliti mau menerima kritik dari orang lain, dan mendengarkan pendapat orang lain.
5.    Memiliki Kepedulian : Seorang peneliti mau mengubah pandangannya ketika menemukan bukti yang baru.
6.    Teliti : Seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus teliti dan tidak boleh melakukan kesalahan, karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
7.    Tekun : Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi masalah dalam penelitiannya.
8.    Berani dan Santun : Seorang peneliti harus berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi.

Langkah – langkah penulisan Ilmiah
  1. Perumuskan masalah : Ini merupakan langkah pertama metode ilmiah. Merumuskan masalah bertujuan untuk memperjelas masalah. Dengan mengajukan beberapa atau serangkaian pertanyaan terhadap masalah yang ada dan mengarahkannya menjadi beberapa bagian apabila masalah utama terlalu besar.

  1. Melakukan penyusunan rencana penelitian: Langkah kedua dalam metode ilmiah adalah penyusunan rencana. Rencana penelitian dibuat dalam bentuk rancangan penelitian. Bentuknya dengan membuat tujuan penelitian, melakukan penyusunan hipotesis berdasarkan masalah dan data data yang ada sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian anda, kemudian menetapkan variabel penelitian. Selanjutnya memilih alat dan bahan yang akan digunakan sehingga penelitian tersebut dapat berjalan mulus, selanjutnya menetapkan langkah kerja atau metode penelitian yang akan digunakan. Lalu menentukan populasi dan sampel, cara pengambilan datanya serta cara menganalisis data tersebut. Hal ini tentu saja dilakukan dengan membuat tinjauan pustaka sehingga diperoleh data data yang berhubungan dan metode penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

  1. Melakukan penelitian: Ini merupakan langkah metode ilmiah yang dilakukan setelah rencana penelitian atau proposal telah diterima. Penelitian sendiri tergantung pada langkah penelitian atau metodologi penelitian yang anda gunakan. Umumnya dimulai dari pengamatan langsung maupun tidak langsung. Penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis yang kita buat menggunakan rancangan percobaan yang telah disusun. Pengetahuan terhadap peralatan percobaan merupakan hal penting dalam pelaksanaan penelitian. Hindari human error dalam pengambilan data penelitian anda. Berlatih menggunakan peralatan percobaan merupakan cara belajar yang efektif untuk mengurangi kesalahan kerja.


  1. Menyusun kesimpulan penelitian : Setelah mengolah dan menganalisis data, langkah metode ilmiah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Pembuatan kesimpulan penelitian harus berdasarkan pada hasil penelitian dan tetap berpedoman pada pandangan yang objektif.

  1. Melakukan penelitian perbaikan : Langkah metode ilmiah ini dapat anda lakukan sendiri (lebih baik) atau dapat dilakukan oleh peneliti lain. Alasannya adalah: Suatu penelitian akan menjadi menjadi valid secara ilmiah apabila penelitian tersebut dapat diuji ulang baik oleh peneliti yang lain. Oleh karena itu, seluruh teori yang ada pasti terdapat banyak peneliti yang menjadi kontributor.

  1. Menulis laporan ilmiah: Langkah metode ilmiah ini sekarang ini menjadi suatu kewajiban mutlak bagi anda sebagai peneliti untuk dapat dikatakan bernilai ilmiah. Suatu hasil penelitian dipublikasikan agar hasil diperoleh dalam penelitian tersebut dapat diketahui orang lain. Ada banyak jurnal ilmiah yang menerbitkan hasil penelitian khususnya penelitian yang novel atau bersifat baru dan inovatif. Dalam jurnal ilmiah, kerangka tulisan atauoutline dari suatu laporan ilmiah disusun secara berurut dari judul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, daftar pustaka, dan juga lampiran.

Penalaran Ilmiah, Berfikir Deduktif & Berfikir Induktif

A.   PENALARAN DALAM PROSES PENULISAN ILMIAH

1. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.

2. Prinsip dan unsur penalaran
Penulisan ilmiah mengemukakan dan membahas fakta secara logis dan sistematis dengan bahasa yang baik dan benar. Ini berarti bahwa untuk menulis penulisan ilmiah diperlukan kemampuan menalar secara ilmiah. Melalui proses penalaran, kita dapat samapai pada kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.

3. Jenis Penalaran
Menurut prosesnya, penalaran dibedakan menjadi dua.
a. Penalaran induktif
Secara formal dapat dikatakan bahwa induksi adalah proses penalran untuk sampai pada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum dan khusus, beradasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus.

Proses induksi dapat dibedakan :
1)    Generalisasi, ialah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala
dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau
sebagian dari gejala serupa.
2)    Analogi, adalah suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial yang bersamaan.
3)    Hubungan sebab akibat, Penalaran dari sebab ke akibat mulai dari pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui. Berdasarkan itu, kita menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.

b. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, atau teori yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala. Berdasarkan prinsip umum itu, ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan bagiuan dari hal atau gejala itu. jadi, penalaran deduktif bergerak dari hal atau gejala yang umum menuju pada gejala yang khusus.

B.   Berfikir Deduktif

Pengertian berpikir deduktif
Berpikir adalah berbicara dengan diri sendiri mempertimbangkan, menganalisa dan membuktikan, bertanya mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi. Orang yang berbahagia dan tenteram hidupnya ialah orang yang memikirkan setiap langkahnya secara akal sehat dan tepat. Beberapa ahli menyebut cara berpikir dengan istilah top-down (pendekatan induktif) dan bottom-up (pendekatan deduktif). Kedua cara berpikir tersebut diimplementasikan dalam pengembangan ilmu yang berbeda. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme. Pada makalah ini akan dibahas peranan berfikir deduktif dan induktif terhadap ilmu pengetahuan dan matematika.

Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian deduktif :
1)      Menurut Jujun S Suriasumantri
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. 
2)      Menurut Wikipedia
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
3)      Menurut Diktat Universitas Sumatera Utara
Deduksi merupakan proses pengambilan kesimpulan sebagai akibat dari alasan-alasan yang diajukan berdasarkan hasil analisis data
4)      Menurut Santoso
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian deduktif adalah pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Pengertian Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Sudah tahu kan? hehe, sekarang kita masuk ke Jenis-jenis Silogisme.

Jenis-jenis Silogisme
1.      Silogisme Kategorial
2.      Silogisme Hipotetik
3.      Silogisme Alternatif
4.      Entimen
5.      Silogisme Disjungtif
1.      Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/ Premis Umum)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan)

2.      Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi)

3.      Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

C.    Berfikir Induktif

Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Ada 3 macam penalaran Induktif :
1. Generalisasi
    Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif 
    Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
    Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
  Jika dipanaskan, baja memuai.
  Jika dipanaskan, tembaga memuai.
  Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b. Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
    Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
    Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2. Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.

Tujuan dari analogi :
    - Meramalkan kesamaan.
    - Mengelompokkan klasifikasi.
    - Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.

3. Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a. Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b. Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c. Akibat ke akibat = Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.

Referensi :

http://dinaanggreini65.blogspot.co.id/2013/10/cara-berpikir-deduktif-dan-induktif.html